This blog is designed to be a medium for extension development staffs, students, and related community. Academicians, researchers, extension workers, students, professionals, and NGO-activitsts are encouraged to communicate and share information, experience, and ideas in the context of learning, human development, managing planned change, and situation improvement in various human activity systems. Make a better and sustain life for all!

Wednesday, April 30, 2008

Quality Assurance

Apa kabar ci-va PPN - how do you do? Sudah sekian lama blog tidak terisi, mudah-mudahan isi kali ini dapat menggugah semangat ci - va PPN untuk senantiasa berkreasi, berinovasi, dan mengembangkan diri menjadi pribadi teladan - bagi diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan bagi masa depan. Seperti kata pepatah: harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama. (dalam ajaran Islam, manusia yang meninggal, ada tiga hal yang akan terus mengalir sebagai amal yang tak terputus, yaitu ilmu yang diajarkan, amal jariyah, dan doa anak yang shalih). Minimal sebagai guru/dosen, sudah ada tabungan untuk hari depan, yakni ilmu yang diajarkan. Lalu bagaimana yang bukan dosen, pun jangan berkecil hati, karena ilmu tentu bukan hanya dalam konteks sekolahan, ilmu dapat kita maknai pula sebagai sesuatu pengetahuan yang membantu penyelesaian masalah, strategi untuk meringankan hidup manusia, seperti ilmu untuk mengelola potensi diri, membangun kebijakan yang arif, ilmu tentang mengelola keuangan rumah tangga, bahkan sampai pengetahuan tentang memasak jantung pisang agar tidak pahit - bisa kita sampaikan atau berbagi ilmu pada orang yang membutuhkan.
Untuk tidak berpanjang kata, pada kesempatan ini, tulisan yang saya posting berkisar mutu belajar, silakan disimak.
Abstract
This article discusses on how to promote better quality in the learning-teaching process in development extension study program. The process, as we've already known, to simplify, consists of at least three segments, so called: input, learning process, and output. Sometimes, the problems occur on all segments, but at the other time, we find that the better learning process, the better students achievement will we get. Of course, the whole system should be improved to achieve better learning output. The article suggests that, students, lecturers, and administrative staffs are able to work together to maintain learning process and continuing the high level of quality education.

Isi tulisan
Dalam proses belajar mengajar dan atau pembelajaran di perguruan tinggi, kita sepenuhnya menyadari bahwa setiap individu memiliki potensi, pengalaman belajar, kebutuhan, harapan, dan minat belajar yang unik dan bervariasi. Dengan demikian, metode pembelajaran pun semestinya dirancang beragam, inovatif, inspiring, dan mampu menggugah partisipan belajar untuk mengeluarkan potensinya. Sebagaimana tercermin dalam kata education (educare-dalam bahasa latinnya), yang secara harfiah berarti keluarkan potensi.

Lalu, apa jadinya jika belajar hanya searah, cenderung menafikan hal di atas. Proses belajar menjadi kurang menarik, monoton, membosankan, seperti menuang air dari teko ke cangkir, top down, terlalu berorientasi pada materi dan menegasikan proses. Pertanyaan berikutnya adalah, sejauh mana pendidikan tinggi menjamin mutu partisipan/mahasiswa-nya yang pada saatnya kelak menjadi sarjana, lulus program magister, dan lulus sebagai doktor.

Beberapa keluhan yang diungkap para pelanggan primer lulusan perguruan tinggi adalah, bahwa ternyata lulusannya tidak memiliki kualifikasi sebagaimana dibutuhkan pengguna. Dalam hal ini, tampak bahwa para lulusan hampir seluruhnya bukan siap bekerja, tetapi siap dilatih. Apa artinya ini? Proses pembelajaran belum mampu mengasah potensi mahasiswa, dan kurikulum belum sepenuhnya dirancang untuk membangun kompetensi yang harus dicapai mahasiswa. Pembelajaran belum sepenuhnya membekali partisipan belajar dengan personal skills, interpersonal skills, life skills, dan vocational skills. Kurikulum masih sarat dengan penerapan pendekatan teacher centred, dan terkadang menganggap bahwa partisipan harus dibekali sekian banyak materi, yang sebenarnya belum tentu mampu membuat partisipan belajar handal di bidang yang ditekuninya. Hal ini merupakan salah satu atribut yang membuat jaminan mutu pendidikan tinggi - dipertanyakan-

Beberapa pemikiran yang dapat disumbang untuk membangun mutu pembelajaran di perguruan tinggi, dan sebenarnya sudah sering didiskusikan dalam forum rapat staf pengajar PPN adalah (i) menjaga mutu input - dari sisi mahasiswa, pengajar, bahan ajar, sarana-prasarana- sampai pada dukungan kebijakan pendidikan, (ii) menjamin terselenggaranya proses pembelajaran (kuliah-pembimbingan- seminar hingga ujian) yang bermutu, dan (iii) menjaga hubungan dengan berbagai mitra baik pemerintah mau pun swasta dan masyarakat luas secara berkesinambungan dalam tata hubungan yang harmonis, egaliter, dan tidak mengikat.

Sejalan dengan itu guna membangun mutu pembelajaran yang tinggi di PS/Mayor PPN, sokongan dari mahasiswa, staf pengajar, dan penunjang sangat diperlukan, diantaranya dalam bentuk kesungguhan belajar mahasiswa dan senantiasa mengembangkan diri, membangun komitmen antar sesama, dan aktif dalam forum ilmiah, serta turut berkontribusi dalam upaya pengembangan masyarakat sebagai salah satu bentuk pengejawantahan keilmuan penyuluhan. Dari sisi dosen, diharapkan dapat senantiasa menjamin suasana akademik yang kondusif, obyektif, dan mampu menjadi partner, advisor, konsultan, dan guru bagi mahasiswa sehingga proses pembimbingan bermakna dan dapat menghantar mahasiswa mewujudkan karya tesis dan disertasi yang berkualitas. Dari sisi tenaga penunjang, tanpa jiwa kepelayanan prima, sulit PPN akan berkembang seperti yang kita harapkan. Semoga jiwa tersebut tidak hanya ada di tenaga penunjang, tapi juga ada pada mahasiswa dan dosen, sehingga dengan sinergisitas, saling asah-asuh-asih kita dapat menjadikan masa studi di IPB, khususnya di PS/Mayor PPN SPs IPB sebagai masa emas bagi pengembangan pribadi, profesionalitas, dan kemampuan sebagai pengantar perubahan (transformer - agent of change) yang handal.

Dipahami, bahwa untuk menjamin mutu proses belajar-mengajar, tidak hanya ditentukan oleh hal-hal di atas. Setidaknya, setiap orang bisa memulai dari aspek termudah yang dapat diubah, seperti dari membangun kebiasaan membaca literatur, membiasakan menulis, sampai mengubah karakter, yang kita yakini adalah hal yang paling sulit diubah.

Terima kasih sudah melongok ke blog ini.

Salam damai,
St. Amanah

0 comments: