This blog is designed to be a medium for extension development staffs, students, and related community. Academicians, researchers, extension workers, students, professionals, and NGO-activitsts are encouraged to communicate and share information, experience, and ideas in the context of learning, human development, managing planned change, and situation improvement in various human activity systems. Make a better and sustain life for all!

Tuesday, December 1, 2009

PERAN STRATEGIS PENELITIAN PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI INOVASI DALAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Hasil-hasil penelitian yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi dan para profesional di bidangnya, perlu didiseminasikan dan diimplementasikan untuk peningkatan kualitas hidup manusia. Terlebih lagi, keunggulan suatu perguruan tinggi sangat ditentukan oleh jumlah dan mutu penelitian serta publikasi yang dilakukan oleh para staf pengajarnya. Sejalan dengan disahkannya Undang-undang No. 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (SP3K), jejaring kerja dan penyelenggaraan penyuluhan memiliki payung hukum yang kuat. Di tataran operasional, revitalisasi kelembagaan penyuluhan hingga di tingkat desa menjadi penting. Dalam hal ini, Perhimpunan Ahli Penyuluhan Pembangunan Indonesia (PAPPI) memiliki peran strategis sebagai organisasi profesi keilmuan di bidang penyuluhan, komunikasi inovasi, dan pemberdayaan, untuk turut serta mengembangkan kelembagaan penyuluhan yang adaptif akan perubahan struktur masyarakat baik di sektor primer, sekunder, mau pun tersier. Simposium dan Kongres Nasional tersebut merupakan kerja sama antara Perhimpunan Ahli Penyuluhan Pembangunan Indonesi (PAPPI) dengan Program Mayor Pascasarjana Ilmu Penyuluhan Pembangunan yang dikoordinatori Dr. Ir. Siti Amanah, MSc (Pengarah Temu Ilmiah). Panitia Pelaksana diketuai oleh Ir. Puji Winarni, MA (Mahasiswa Program S3 Ilmu Penyuluhan Pembangunan), Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat - Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Simposium dan Kongres Perhimpunan Penyuluhan Pembangunan Indonesia (PAPPI) ini merupakan momentum yang tepat untuk mempertajam “state of the art” ilmu penyuluhan pembangunan. Melalui pemaparan hasil-hasil penelitian dalam simposium dapat dikembangkan dialog lintas paradigma, pendekatan, metode, teknik, dan ilmu penyuluhan pembangunan yang paling mutakhir. Begitu dikemukakan oleh Dekan Fakultas Ekologi Manusia (Prof. Dr. Hardinsyah) dalam Pembukaan Temu Ilmiah tersebut mewakili Rektor IPB. Ditegaskan oleh Dekan, bahwa anggota PAPPI dari berbagai lembaga harus mampu bersinergi memberikan dukungan untuk penguatan PAPPI. Dukungan anggota PAPPI dari berbagai lembaga akan dapat mendinamiskan organisasi, dan menggalang kegiatan yang berkontribusi bagi pengembangan ilmu dan aspek praktis penyuluhan di berbagai bidang. Dekan FEMA berharap dalam kongres dibahas pula Struktur Kurikulum yang dapat menjawab persoalan kompetensi penyuluh, terkait beragamnya latar belakang penyuluh.
Lebih dari 125 peserta dari seluruh Indonesia menghadiri kegiatan tersebut. Kegiatan temu ilmiah tersebut menghadirkan dua pembicara kunci. Pembicara Kunci pada hari pertama adalah Dr. Aswan Sasongko (Direktur Jenderal Telematika Departemen Komunikasi dan Informasi) dan Dr. Mohammad Ja’far Hafsah (Wakil Ketua Komisi IV DPR RI) sebagai Pembicara Kunci pada hari kedua. Dr Aswan Sasongko menyoroti tentang pengelolaan informasi yang mumpuni oleh berbagai pihak. Saat ini, media sangat berperan mengembangkan opini masyarakat. Atas dasar itu, pengambil kebijakan dan para pihak terkait harus mampu mengelola informasi secara benar dan bertanggung jawab. Dr. Mohammad Ja’far Hafsah mengemukakan bahwa hingga saat ini petani di Indonesia belum memperoleh perhatian yang memadai terkait pemenuhan kebutuhan mereka akan informasi dan upaya-upaya pengembangan kapasitas. Hingga di level desa, semua media massa belum ada yang secara intensif berfokus pada pemenuhan kebutuhan petani akan informasi, pendidikan peertanian, inovasi, dan pemecahan masalah. Kelembagaan penyuluhan pun perlu diperkuat dan dikembangkan termasuk penyuluh, untuk turut membantu petani memberdayakan diri dan keluarganya.
Ada lebih dari 50 makalah yang terdaftar dalam Simposium Nasional ini. Dari sejumlah makalah tersebut disaring sekitar 30 makalah yang direview oleh editor jurnal dan mitra bebestari berkala ilmiah terakreditasi dan tidak terakreditasi. Beberapa kendala yang dihadapi peneliti ketika mempublikasikan hasil penelitiannya adalah lemahnya strategi dan teknik penyajian yang sesuai dengan visi dan misi berkala ilmiah yang ingin dimasuki, keterbatasan dana, dan kurangnya jaringan kerja sama dengan ilmuwan dalam dan luar negeri. Hasil simposium akan diproses lebih lanjut dalam bentuk perbaikan artikel agar dapat dimuat dalam jurnal ilmiah terakreditasi/tidak terakreditasi; dan memberikan masukan kepada para pihak tentang pentingnya pengembangan ilmu penyuluhan dalam perspektif yang lebih luas. Berdasarkan penilaian Reviewer Simposium, terpilih tiga penyaji terbaik yaitu, Mohammad Yasid dari Sekolah Tinggi Tazkiyah Bogor, U. Maman KH dari Universitas Islam Syarif Hidayatullah, dan Muksin dari Politeknik Pertanian Jember.
Hari kedua temu ilmiah adalah Kongres Nasional PAPPI. Sambutan pada kongres disampaikan oleh Prof. Dr. HR. Margono Slamet, selaku pendiri PAPPI. Kongres dibuka oleh Wakil Dekan Fakultas Ekologi Manusia (Dr. Titik Sumarti) Dikatakan oleh Prof. Dr. HR Margono Slamet, bahwa PAPPI yang dirintis sejak tahun 1990-an memiliki anggota yang tersebar di seluruh Indonesia. PAPPI perlu mengambil peran yang lebih aktif dalam mempromosikan pemaknaan penyuluhan secara tepat pada pengguna. Pada tataran praktis, konsepsi penyuluhan diterapkan antara lain oleh Departemen Kesehatan, Departemen Sosial, Departemen Dalam Negeri, dan Departemen Keuangan. Ada beberapa istilah yang memiliki pemaknaan mirip, seperti promosi kesehatan, pemberdayaan sosial, pendampingan, dan penyuluhan pajak. Posisi dan peran strategis PAPPI dalam menyuarakan prinsip-prinsip penyuluhan secara benar dan tepat. Wakil Dekan FEMA mengemukakan bahwa perhimpunan profesi keilmuan mengalami perkembangan yang pasang surut. Kendala yang dihadapi diantaranya adalah pendanaan dan jaringan kerja sama. Melalui kerja sama antar pihak dan komitmen pengurus dan anggota, ke depan, perhimpunan profesi akan dapat lebih mandiri dalam pengelolaan sumber-sumber dana. Perhimpunan profesi yang berkualitas akan memberikan sumbangsih yang besar pengembangan ilmu dan pemecahan masalah sosial.
Pertemuan pleno kongres PAPPI dipimpin secara kolektif oleh Ketua PAPPI (Dr. Rachmat Pambudy), Sekretaris Jenderal PAPPI (Prof. Dr. Sumardjo), Anggota PAPPI (Ir. Iqbal Bahua, MSi dan Ir. Puji Winarni, MA). Pleno dibuka oleh Ketua PAPPI, dilanjutkan dengan pemandangan umum oleh pendiri PAPPI dan partisipan kongres diantaranya oleh Prof. Ravik Karsidi (UNS), Prof. I Nyoman Supartha (UNUD), Dr. Prabowo Tjitropranoto MSc (PPN IPB), Ir. Syadar Baba, MSi (UNHAS), Ibrahim SP (PEMDA Provinsi Maluku), Dr. Ninuk Purnaningsih (IPB), Ir. Siti Sugiah M, MS (IPB), Ir. Sangaji, MSc (UNTAD), dan Dr. Siti Amanah (IPB). Prof. Dr. Margono Slamet selaku pendiri PAPPI mengemukakan bahwa kata "ahli" dalam PAPPI hendaknya tetap dipakai, untuk membedakan bahwa PAPPI adalah himpunan profesi. Implikasinya harus ada mekanisme rekrutmen anggota yang dapat menetapkan bahwa seseorang memiliki kapasitas sebagai Ahli Penyuluhan Pembangunan dan menjadi anggota PAPPI. Ditambahkan oleh Prof. Margono, bahwa PAPPI bukan organisasi massa.
Hasil pleno antara lain adalah terbentuknya formatur inti berjumlah sembilan orang representasi berbagai lembaga dan daerah, restrukturisasi kepengurusan PAPPI, dan program kerja. Formatur menyepakati pengurus inti, yaitu: Prof. Dr. Sumardjo sebagai Ketua Umum PAPPI, Dr. Siti Amanah sebagai Sekretaris Jenderal PAPPI, dan Ir. PujI Winarni, MA sebagai Bendahara. Pengurus baru memiliki tiga agenda yang perlu segera dituntaskan yaitu: (i) Menyusun pengurus lengkap; (ii) Menetapkan Komisi-komisi, dan (ii) Program Kerja.
Di penghujung Temu Ilmiah diberikan apresiasi kepada Dosen yang telah purna bakti PPN atas dedikasi dalam pengembangan ilmu penyuluhan. Hal serupa telah dilakukan pada 23 Februari 2008 kepada Prof. Dr. Pang S. Asngari. Rabu, 25 November 2009 merupakan kelahiran Prof. Dr. HR. Margono Slamet, dan Acara Kongres PAPPI dimeriahkan dengan ulang tahun ke-76 tahun usia beliau.
Simposium dan Kongres Nasional Perhimpunan Ahli Penyuluhan Pembangunan Indonesia (PAPPI) ditutup oleh Ketua PAPPI terdahulu. Dalam pidato penutupan, Dr. Rachmat Pambudy, memberikan apresiasi dan penghargaa kepada seluruh panitia atas penyelenggaraan Simposium dan Kongres Nasional tersebut. Ke depan, Dr. Rachmat Pambudy berharap, PAPPI menjadi perhimpunan profesi yang lebih maju dan berkembang tidak hanya bagi anggota PAPPI, tetapi juga untuk kehidupan masyarakat yang lebih luas. SImposium dan Kongres ditutup dengan doa oleh Dr. Puji Muljono (Wakil Koordinator Mayor PPN). Simposium dan Kongres Nasional PAPPI tersebut dipandu oleh Ir. Sangaji, MSc dan Teti MSi. Panitia menyampaikan terima kasih atas dukungan semua pihak, khususnya kepada DIKTI DEPDIKNAS, Jajaran Pimpinan IPB, Ketua Dept. Sains KPM FEMA dan Jajaran Staf Dosen dan Staf Kependidikan PPN dan KPM FEMA IPB, pemakalah, editor jurnal, mitra bebestari, moderator, notulis, dan seluruh undangan dan partisipan. Selesainya SImposium dan Kongres Nasional merupakan awal bagi kiprag PAPPI ke dapan, mengembangkan mutu kehidupan manusia di berbagai bidang melalui praxis penyuluhan yang tepat (pendidikan non formal, pendekatan pembelajaran orang dewasa/partisipatif, komunikasi dialogis-konvergen, inovasi alternantif penyelesaian masalah).

1 comments:

Unknown said...

Menyambut baik kebangkitan organisasi profesi, PAPPI.. Selanjutnya bagaimana meningkatkan peran PAPPI dalam 'membumikan" ilmu penyuluhan dalam kancah birokrasi.. Sehingga ada terbentuk networking : keilmuan penyuluhan pembangunan dengan praktek penyuluhan yang berlandaskan ilmu.. Tx. Wignyo